CIANJUR, GMN,- Di tengah ombak besar yang menerjang Pelabuhan Jayanti, Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun, dua perahu nelayan karam pada Senin pagi (8/9/2025).
Nelayan di pesisir selatan Cianjur terus mempertaruhkan nyawa tanpa dukungan infrastruktur pelabuhan yang layak.
Gelombang tinggi dan angin kencang adalah bagian dari dinamika laut. Namun, ketika infrastruktur tidak hadir sebagai pelindung, risiko yang dihadapi nelayan bukan lagi faktor alam semata, melainkan kegagalan sistemik.
Kopka AL Irvan dari Babinpotmar Posmat Cidaun, yang turut membantu proses evakuasi, menyampaikan pentingnya keselamatan sebagai prioritas utama.
“Cuaca ekstrem tidak bisa dianggap remeh. Tapi tanpa tempat berlindung yang layak, bagaimana nelayan bisa memilih untuk aman?” katanya usai melakukan monitoring dan komunikasi sosial dengan para nelayan,” ujarnya, melalui keterangannya, Senin (8/9/2025).
Evakuasi dua perahu yang karam dilakukan secara manual oleh warga dan aparat. Kedua kapal mengalami kebocoran serius setelah dihantam ombak, dan hanya bisa diselamatkan sebagian karena ditarik ke pinggir secara darurat.
Dalam keterbatasan fasilitas, kekuatan utama hanya terletak pada gotong royong dan kepedulian antar warga.
Para nelayan Jayanti membutuhkan kolam labuh dan dermaga yang aman, bukan sekadar janji pembangunan. Tanpa itu, setiap musim angin dan gelombang tinggi datang, ratusan perahu nelayan berada di ujung tanduk.
“Ini bukan soal bantuan setelah bencana, tapi bagaimana mencegah kerusakan dan korban sejak awal. Kalau saja pemerintah serius membangun pelabuhan perikanan yang layak di sini, kami tak perlu terus-menerus was-was kehilangan mata pencaharian,” ungkap warga sekitar.
Jayanti adalah satu dari banyak titik rawan di pesisir selatan Cianjur, di mana laut menjadi sumber utama penghidupan. Namun ironisnya, laut yang mereka gantungkan untuk hidup juga terus menjadi ancaman paling besar. Tanpa dukungan infrastruktur, setiap badai menjadi potensi bencana.