BANDUNG, GMN,- Memberikan ruang untuk mengembangkan talenta dan kemampuan diri bagi difable penyandang tunanetra, merupakan komitmen AsKaRa Indonesia. Salahsatunya berkolaborasi dengan Blind Moms Comunnity menggelar Sharing Session (workshop) meracik kopi dan teh di Studio AsKaRa kota Bandung, Sabtu (19/7/2025).
Bertema “Meracik dalam Gelap”, peserta tunanetra dari member Blind Moms Comunnity bersemangat mempraktekan cara meracik kopi dan teh, oleh pembimbing Restiawati juga founder dari Kopi Netra.
Ketua AsKara Indonesia Anthony mengungkapkan, kegiatan itu diharapkan menjadi penyemangat para difable dan non difable, bahwa kekurangan fisik tidak menjadi penghalang untuk berbuat hal yang bermanfaat. “Saya menyadari bahwa teman difable, diantaranya penyandang tunanetra justru kemampuanya melebihi kita. Sedangkan kita (non difable) terkadang lupa bersyukur atas pemberian dari Allah SWT,” ungkap Anthony.
Lanjut Anthony, misinya memberikan kesempatan menunjukan kemampuan difable kepada non difable. “Hal ini saya pikir sangat baik diterapkan kepada anak anak, dengan sikap saling menghargai, menghormati. Dimana anak dapat melihat kemampuan difable melakukan karya layaknya kita (non difable),” imbuhnya.
“Saya salut kepada bu Restiawati seorang tunanetra Founder dari Kopi Netra, yang mampu mandiri berbisnis kopi bahkan sudah merambah ke berbagai pasar lokal dan luar (ekspor). Ia juga memotivasi teman temannya untuk mandiri dengan talenta yang dimiliki, terlebih dalam hal usaha,” beber Anthony.
AsKaRa Indonesia sudah beberapa kali menyelenggarakan kegiatan yang bersifat pengembangan bakat difable, seperti Publik speaking, Pembawa Acara hingga menjadi Audioline. Kedepan AsKaRa akan terus memberikan ruang kepada difable agar sejajar dengan non difable.
“AsKaRa (Akademia Seni dan Kreatifitas Anak Nusantara) kita deklarasikan tahun 2025 ini, sebagai dunia anak anak belajar. Dengan sikap saling menghargai belajar dari panggung, percaya diri dan berkarya melalui Bermain, Belajar, Berkarya dan Bela Negara (B4N), Insya Allah ini akan menjadi satu pedoman mengantarkan Indonesia Emas 2045,” katanya.
Anthony sangat berharap kepada Gubernur Jabar (bapak aing) untuk dapat membantu terhadap anak anak AsKara yang dibina untuk mendapat perhatian dan tuntunan. “Kita sangat mendukung program Pemerintah dalam hal mencerdaskan anak bangsa,” tandasnya
Sementara itu, Nenden Sintawati (48) pengurus Komunitas Blind Moms mengapresiasi terhadap sponsor yang perduli, termasuk AsKara Indonesia, yang telah memberikan ruang untuk berkreatifitas meracik kopi dan teh. “Harapannya bisa berwirausaha kopi ataupun bermanfaat bagi keluarga kita, intinya pemberdayaan perempuan,” kata Nenden.
Selain kegiatan ini, lanjut Nenden komunitas Blind Moms sering melaksanakan kegiatan yang mengasah kemampuan para ibu tuna netra, seperti menyanyi, Publik Speaking, Pengajian dan banyak lainnya, yang dilaksanakan online dan offline, karena anggota Blind Moms tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
“Misi kami ingin merubah stigma masyarakat, bahwa penyandang tunanetra itu banyak kegiatan yang bermanfaat dan sesuai dengan porsinya. Menurut kami perempuan tunanetra itu minoritas masih termarjinalkan di lingkungan masyarakat, maka isu itu kami tepis dengan menunjukan kemampuan kita untuk setara dengan perempuan non difable,” jelasnya