SUMEDANG, GMN,- Setelah menjalin kerja sama dengan Direktorat Kebijakan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yayasan Garuda Di Lautku Inisiatif kini resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad), Kamis (13/11/2025).

Ketua Yayasan Garuda Di Lautku Inisiatif, Hengki Hamino, mengatakan kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari kolaborasi dengan BRIN, yang berfokus pada penyusunan rekomendasi kebijakan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor kemaritiman.
“Kita fokus pada aspek kelautan meliputi pesisir, laut samudera, estuari, dan delta, untuk menjalin sinergi dengan kampus dalam pengembangan, pengelolaan, dan pemanfaatan wilayah konservasi perairan. Ke depan, kerja sama ini akan diperluas ke sejumlah provinsi serta kabupaten dan kota,” ungkap Hengki, disela kegiatan Seminar dan Diskusi panel di FPIK Unpad, Jatinangor.
Lebih lanjut, Hengki menyampaikan bahwa pihaknya akan melakukan kajian penelitian terkait wilayah yang potensial untuk pengembangan kebijakan perikanan berkelanjutan, yang hasilnya akan diajukan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Salah satu fokus pembahasan dalam kerja sama ini adalah komoditas ikan Sidat, yang dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun, Hengki menyoroti adanya pembatasan dari lembaga internasional terhadap perdagangan Sidat, yang menjadi tantangan tersendiri.
“Kita ingin membedah persoalan ini, apakah kendalanya berasal dari kebijakan atau dari kapasitas SDM yang perlu ditingkatkan. Jika budidaya Sidat bisa dikembangkan dengan baik, ini bisa menjadi potensi ekspor ke Eropa dengan permintaan yang sangat tinggi, dan tentu berdampak positif pada ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Menurut Hengki, pihaknya telah melakukan kunjungan lapangan ke lokasi budidaya Sidat di Sukabumi, dan pertemuan di FPIK Unpad kali ini juga dihadiri oleh pelaku usaha dan peneliti dari Cimahi, Cilacap, dan Foso, Sulawesi, untuk membahas berbagai tantangan dalam ekosistem Sidat.

Sementara itu, Dekan FPIK Unpad, Prof. Dr. sc. agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si. menilai MoU tersebut menjadi momentum penting bagi mahasiswa untuk terlibat langsung dalam praktik riset yang berdampak pada masyarakat.
“Sidat adalah komoditas bernilai ekonomis tinggi. Jepang, Korea, dan Cina menjadikannya makanan seafood komersial dengan harga mahal. Kita punya potensi besar, tetapi tata kelolanya masih kurang baik,” jelas Yudi.
Menurutnya, tantangan utama dalam pengelolaan Sidat di Indonesia adalah kerusakan habitat, pencemaran, dan alih fungsi lahan. Ia menekankan pentingnya perbaikan tata kelola dan habitat alami agar potensi ekonomi Sidat dapat dimaksimalkan.
“Tantangannya adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang Sidat, serta banyaknya kepentingan yang memengaruhi sektor ini. Semua pihak harus duduk bersama agar kepentingan konservasi dan ekonomi bisa berjalan beriringan,” pungkasnya.
Kerja sama antara Yayasan Garuda Di Lautku Inisiatif dan FPIK Unpad ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam mendorong riset, kebijakan, dan praktik kelautan berkelanjutan, sekaligus memperkuat daya saing ekonomi maritim Indonesia di kancah global.











