BANDUNG, GMN,- Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menggandeng PT Prosignal Karya Lestari dalam menerapkan teknologi pengelolaan sampah organik ramah lingkungan di Pasar Induk Gedebage. Salah satu inovasi yang digunakan adalah biodigester, yang mampu mengolah sampah organik menjadi kompos cair dan gas metana.
Direktur Utama PT Prosignal Karya Lestari, Aldi Ridwansyah, menjelaskan bahwa sebagian besar sampah di pasar merupakan sampah organik basah. Sampah jenis itu mengandung air hingga 80 persen.
“Metode pengolahan sampah di Pasar Gedebage dimulai dari pencacahan. Air dari sampah akan diarahkan ke biodigester. Kami memilih teknologi ini selain metode windrow composting, karena mayoritas sampah pasar berupa air. Air tersebut kemudian diolah menjadi pupuk cair,” ujar Aldi, Jumat (4/7/2025).
Aldi menyebutkan, sampah yang masuk ke sistem biodigester berasal dari kawasan pasar dengan volume timbulan sekitar 1 ton per hari. Terdiri atas 80 persen sampah organik dan 20 persen sampah residu, seperti plastik.
“Organik padat seperti sabut kelapa, bonggol pisang, dan daun-daunan diolah. Begitu juga dengan buah-buahan yang lunak. Selama ini sampah pasar sempat dibakar, sekarang kita upayakan zero emission,” ucapnya.
Prosesnya dimulai dari pencacahan sampah, kemudian melalui mesin screw press untuk proses dewatering atau pemisahan air. Air hasil proses tersebut difermentasi selama 20 hari dalam biodigester untuk menghasilkan pupuk cair dan gas metana.
“Hasil pupuk cairnya nantinya bisa digunakan untuk menyuburkan taman kota atau lahan pertanian. Bahkan, peternak dari Kabupaten Bandung mulai menggunakan hasil cacahan padatnya untuk pakan ternak, dan mereka menilai hasilnya bagus,” katanya.
Sedangkan, Gas metana yang dihasilkan dari proses fermentasi digunakan untuk konsumsi dapur pribadi di lingkungan sekitar, meski belum dalam skala besar. Revitalisasi sistem biodigester ini telah dilakukan selama tiga bulan terakhir.
Meski masih terbatas di Pasar Gedebage, Aldi menyebut ada peluang perluasan teknologi ini jika ketersediaan lahan dan infrastruktur mendukung. “Kesulitannya saat ini lebih kepada lahan. Kalau tersedia lahan memadai, kami siap berkoordinasi dengan pemerintah untuk pengembangan ke pasar lainnya,” ucapnya.
Aldi menambahkan, program ini mendapat dukungan dari pengelola pasar dan pedagang, khususnya dalam proses pengumpulan sampah. ” Dengan semangat kolaborasi, Bandung berharap bisa menjadi percontohan kota dengan sistem pengelolaan sampah pasar yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ujarnya.
