Scroll kebawah untuk baca berita/artikel !
Example floating
Example floating
Example 728x250
BeritaEntertainmentKOTA BANDUNG

Pameran Lukisan Abstrak-Meditatif “Purnama dan Tilem” Karya Iswanto Soerjanto di Orbital Dago Gallery

49
×

Pameran Lukisan Abstrak-Meditatif “Purnama dan Tilem” Karya Iswanto Soerjanto di Orbital Dago Gallery

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

BANDUNG, GMN,- Seniman Iswanto Soerjanto menanggalkan lensa dan kamera sebagai alat perekam dalam praktik seni kontemporer yang ditekuninya. Ia pun menggelar pameran tunggal “melukis” gambar yang banyak terinspirasi oleh kehalusan detail dan kedalaman naratif dalam gaya lukisan desa Batuan, Bali.

Lukisan-lukisan abstrak meditatif di atas kertas-kertas peka cahaya terpajang rapi di Orbital Dago Gallery, kota Bandung, dengan tajuk pameran “Purnama (dan) Tilem” karya Iswanto Soerjanto. Lukisan-lukisan itu tidak dibuat dengan cat akrilik atau minyak, namun proses panjang dan teknis dari praktik fotografi tanpa menggunakan kamera.

Example 300x600

Iswanto Soerjanto satu-satunya seniman fotografi nir-kamera di Indonesia yang konsisten pada praktik seni dengan proses alternatif seperti cyanotype, gum bichromate, dan chemigram untuk menciptakan karya yang merefleksikan tarian halus antara cahaya dan bayangan.

Meskipun aspek formalisme pada karya Iswanto Soerjanto itu masih selaras dengan lukisan-lukisan khas Korea Selatan yang bersifat ritual melalui praktik repetisi garis, bidang, warna monokrom dan bertektur di atas bidang kertas atau kanvas; Dansaekhwa.

“Tema “Purnama dan Tilem” adalah hari suci bagi umat Hindu, dirayakan untuk memohon berkah dan karunia dari Hyang Widhi. Hari Purnama, sesuai dengan namanya, jatuh setiap malam bulan penuh (Sukla Paksa), sedangkan hari Tilem dirayakan setiap malam pada waktu bulan mati (Krsna Paksa), perayaan Purnama di Bali diwarnai dengan berbagai tradisi dan ritual yang berbeda-beda di setiap desa,” kata Iswanto Soerjanto, pada pembukaan pameran, Kamis (3/7/2025) Sore.

Seniman Iswanto Soerjanto menyusun potongan-potongan (bidang) kecil yang saling terhubung untuk memperlihatkan betapa pentingnya Purnama dan Tilem dalam kehidupan masyarakat Bali. Tekstur cipratan dan semburat warna kecil yang dihadirkan untuk menggambarkan energi yang bangkit saat Purnama, sementara efek seperti cermin perak mencerminkan suasana batin dan perenungan diri yang muncul saat Tilem.

Baca Juga:  KETUA PW GPK JABAR MENYOROTI KEBIJAKAN KENAIKAN BIAYA HAJI OLEH KEMENAG

Pameran tunggal ketiga Iswanto Soerjanto ini sekaligus menunjukan konsistensi pada praktik seni fotografi nir-kamera, yang menunjukkan bahwa karya seni kontemporer tidak bisa lepas dari ritual keseharian manusia serta budaya lokal yang terekam dalam jejak eksplorasi artistiknya selama bermukim di Jakarta, Bandung dan Denpasar.

“Melalui proses yang bersifat meditatif ini, saya ingin menghadirkan karya-karya yang menjadi ruang kontemplasi—mengajak penonton untuk merasakan irama kosmis dalam kehidupan sehari-hari, serta menemukan harmoni di tengah pertentangan yang saling melengkapi,” pungkas Iswanto.

Rifky ‘Goro’ Effendy, kurator pameran, dalam catatannya menuturkan, bahwa karya-karya Iswanto Soerjanto menunjukkan eksplorasi berbagai teknik dan proses kimiawi fotografis menjadi potensi untuk melakukan bermacam corak lukisan abstrak, dengan garapan seperti fragmen lelehan-lelehan, cipratan dan gumpalan – gumpalan dengan warna – warna monokromatik.

Seniman yang bekerja dengan jenis fotografi paling mendasar sepanjang sejarah medium tersebut telah terlepas dari perintah “kotak hitam”, secara metaforis menggantikan kamera dan menciptakan gambar fotografi hanya menggunakan kertas atau film yang peka cahaya, emulsi, dan sumber cahaya atau radiasi.

“Kecenderungan ritual seni pada karya Iswanto Soerjanto ini mengingatkan saya pada seniman Tisna Sanjaya yang pernah mengungkapkan bahwa melakukan pengulangan garis-garis ketika menggambar seperti ritual wirid atau zikir, bahkan transenden. Hampir serupa dengan tindakan yang dilakukan Iswanto tetapi dengan cara berbeda; mengguyur, menciprat, merendam, mengeringkan dan seterusnya,” tutur Rifky ‘Goro’ Effendy di Orbital Dago Gallery.

Pameran lukisan abstrak meditatif karya Iswanto Soerjanto juga dimaknai terkait nilai-nilai simbolik atau budaya serta spiritualitas, serta mengeksplorasi perihal dualitas: sekala dan niskala, terang dan gelap, penuh dan kosong, gerak dan diam. Lukisan meditatif dari seniman ini dapat diapresiasi oleh masyarakat luas di Orbital Dago Gallery, Jalan Rancakendal Luhur No. 7, kota Bandung, sampai tanggal 3 Agustus 2025.


Example 300250
Example 300250
Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!