KOTA BANDUNG-GMN,- Kota Bandung sebuah kawasan yang sedang berjuang mengatasi masalah sampah, kini menjadi sorotan berkat gerakan luar biasa dari warga RW 10 Kelurahan Kujangsari. Gerakan ini dikenal sebagai “Bumi Satimi,” yang singkatannya merupakan Budaya Milah Sampah ti Bumi, atau dalam bahasa Inggris disebut Earthly Trash Cultivation.
Pada hari Selasa, tanggal 5 September 2023, Humas Kota Bandung memiliki kesempatan istimewa untuk mengunjungi RW 10 Kelurahan Kujangsari dan menyaksikan sendiri aksi positif yang sedang berlangsung sejak pagi. Para warga, terutama para ibu-ibu PKK, sedang antusias mengikuti kegiatan Bumi Satimi ini.
Peran penting dalam keberhasilan kolaborasi ibu-ibu PKK ini tak dapat diabaikan, dan Lurah Kujangsari, Yunika Wihastini, dengan bangga menjadi pemimpin dalam inisiatif ini. Yunika merasa senang bahwa kegiatan ini telah membantu membuat Kelurahan Kujangsari menjadi lebih bersih dan teratur, meskipun Bandung tengah berjuang dengan masalah sampahnya.
Yunika berbicara, “Kolaborasi ibu-ibu PKK sangat luar biasa, sehingga kami sudah tidak kaget lagi ketika wilayah Bandung Raya saat ini mengalami permasalahan sampah.” Sampah organik dan anorganik di kawasan ini sekarang sudah dapat diatasi di rumah masing-masing warga. Meskipun masih ada sedikit sampah residu yang dihasilkan, sebagian besar masalah sampah di wilayah ini sudah berhasil diatasi secara mandiri.
Yunika melihat keberhasilan ini sebagai inspirasi untuk meluncurkan program “Kang Pisman” bagi seluruh masyarakat Kota Bandung. Terkait dengan situasi sampah di wilayah Bandung Raya, Yunika berharap proses normalisasi dapat segera berjalan dan berharap bahwa program Kang Pisman dapat mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Terima kasih kepada masyarakat, semoga kegiatan ini bisa menjadi kebiasaan dan budaya,” ucapnya.
Ketua RW 10 Kelurahan Kujangsari, Amanah Salsabalah, merasa bersyukur karena sekitar 70 persen warganya telah bersedia memilah sampah. Ia menjelaskan bahwa seperti wilayah lainnya, sampah di sini dibagi menjadi tiga kategori: organik, anorganik, dan residu. Sampah organik digunakan untuk berbagai produk, seperti makanan ternak atau dijadikan kompos.
“Kendati wilayah Bandung Raya saat ini mengalami masalah sampah, alhamdulillah, di wilayah kami belum ada keluhan. Kami masih dapat mengatasi sampah organik ini dengan baik,” ujarnya.
Amanah mengatakan bahwa ada enam petugas sampah di wilayahnya, termasuk dua perempuan yang membantu empat petugas laki-laki. Ia juga mengapresiasi program-program seperti Kang Pisman dan Buruan SAE yang dimiliki oleh Kota Bandung, dan meyakini bahwa jika diterapkan secara luas oleh warga, kedua program tersebut dapat menjadi solusi yang efektif dalam menangani masalah sampah di Kota Bandung.
“Sampah organik yang berhasil terkumpul mencapai 56 kg selama bulan Agustus,” tambahnya.
Salah satu warga RW 10 Kelurahan Kujangsari, Yani Rindayani, mengungkapkan bahwa program Kang Pisman yang telah diadopsi bersama warga lainnya sangat bermanfaat. Selain membantu menghasilkan produk yang berguna, program ini juga membantu menghindari penumpukan sampah di rumah, meskipun Kota Bandung sedang menghadapi masalah sampah yang serius.
“Enaknya (menerapkan Kang Pisman), di rumah sampahnya sudah tidak menumpuk karena sudah dipilah sebelumnya,” katanya.
Melihat pengalaman positif RW 10 Kelurahan Kujangsari dan wilayah-wilayah lain di Kota Bandung, mari kita bersama-sama menerapkan program Kang Pisman dan bersama-sama mengatasi masalah sampah yang tengah dihadapi oleh Kota Bandung.
