KAB GARUT-GMN,- Kabupaten Garut telah menunjukkan respons cepat dan efektif dalam menghadapi tantangan kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Upaya ini dibahas dalam Rapat Koordinasi Tanggap Darurat Bencana Kekeringan yang digelar secara hibrid di Kantor BPBD Kabupaten Garut pada tanggal 5 September 2023.
Asisten Daerah I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Bambang Hafidz, menjelaskan bahwa rapat ini bertujuan untuk mengatasi potensi inflasi, mendukung sektor pertanian, dan mengurangi dampak negatif kekeringan di wilayah Garut. Ia menekankan pentingnya evaluasi dan perbaikan terhadap langkah-langkah yang sudah diambil.
Selama rapat, setiap Perangkat Daerah (PD) memberikan laporan tentang tindakan yang telah diambil dalam menangani dampak kekeringan. Bambang mengklaim bahwa upaya penanganan kekeringan telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Aah Anwar Saefulloh, mengungkapkan bahwa mereka telah mengidentifikasi daerah-daerah yang terkena dampak kekeringan. Saat ini, 19 kecamatan berada dalam status siaga bencana kekeringan dan 10 kecamatan dalam kondisi tanggap darurat bencana kekeringan. Aah menjelaskan bahwa tindakan penanganan melibatkan distribusi air bersih ke lokasi yang terkena dampak dan pembangunan infrastruktur penyediaan air bersih melalui kerja sama dengan TNI Polri. Masa tanggap darurat bencana kekeringan ini direncanakan selama 14 hari.
Aah mengingatkan masyarakat untuk menggunakan air bersih dengan bijak, mengingat keterbatasan pasokan air yang jaraknya jauh. Ia juga mengajak warga untuk melaporkan masalah terkait kekeringan melalui call center 117 agar bisa diantisipasi dengan cepat.
Di tempat lain, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga, melaporkan dampak kekeringan pada sektor pertanian. Ia menyatakan bahwa sejumlah lahan pertanian mengalami kekeringan mulai dari tingkat ringan hingga gagal panen. Beni menyoroti kebutuhan bantuan bagi petani dan buruh tani yang berada di wilayah dengan kekeringan parah, terutama yang sudah mencapai kondisi puso (gagal panen).
Beni juga membagi wilayah ke dalam zonasi berdasarkan tingkat kekeringan, dengan beberapa daerah sudah mencapai zonasi merah, yang menunjukkan kekurangan sumber air yang signifikan. Untuk mengatasi situasi ini, ia menekankan pentingnya jaminan hidup (jadup) berupa sembako bagi petani dan buruh tani.
Selain itu, ada wilayah zonasi kuning yang memiliki sedikit sumber air, tetapi masyarakat kesulitan mengaksesnya. Dan wilayah zonasi hijau masih memiliki infrastruktur irigasi teknis yang mendukung, meskipun debit air mulai berkurang.
Beni juga mengingatkan tentang perlunya pengendalian hama penyakit, terutama di wilayah zonasi hijau, agar tidak terjadi migrasi hama dari daerah dengan kekeringan parah. Ia mengajak petani dan penyuluh untuk menyosialisasikan cara-cara bertani yang hemat air di wilayah dengan sumber air yang terbatas.
Dengan berbagai langkah ini, Kabupaten Garut berupaya keras untuk mengatasi dampak buruk kekeringan dan mendukung sektor pertanian serta kesejahteraan masyarakatnya.
Sumber Berita : ( PORTAL JABAR )