Scroll kebawah untuk baca berita/artikel !
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
KAB.BANDUNG BARATNASIONAL

Anggota MPR RI, Rian Firmasnyah Dorong Generasi Milenial Hadapi Tantangan Era Digital

59
×

Anggota MPR RI, Rian Firmasnyah Dorong Generasi Milenial Hadapi Tantangan Era Digital

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

KBB-GMN, Anggota MPR RI Rian Firmasnyah mendorong kaum milenial (muda) untuk siap menghadapi tantangan dan guncangan di era digital yang semakin tinggi, guna memupuk kesadaran secara utuh pada Bhineka Tunggal Ika.

“Tantangan adik-adik pada era digital ini semakin kompleks, di tengah banjirnya informasi, banyak yang memutus kesadaran hanya pada tataran “Kebhinnekaan”, tetapi melupakan aspek “Tunggal Ika,” kata Anggota MPR RI Rian Firmansyah di sela-sela Sosialisasi Empat Pilar MPR di Red Corner Lembang, Jumat (7/2/2020).

Example 300x600

Menurutnya, jika saat ini hanya berhenti pada “Bhineka” yang berarti beragam suku agama dan bahasa, maka ini akan membuka ruang pada menguatnya sentimen identitas, padahal perlu menyambungkannya kembali dengan semangat “Tunggal Ika” agar tercipta kesadaran kesamaan di tengah perbedaan.

“kita harus sadar, bahwa kita berbeda, kita berasal dari berbagai macam suku, etnis dan ras yang sangat beragam, tetapi kita jangan lupa telah memiliki modal titik kesamaan sebagai warga bangsa Indonesia, dengan kesamaan tanah air, bangsa dan bahasa yang sama,” katanya.

Sementara itu, lihatlah negara-negara maju saat ini, mereka yang maju adalah mereka yang membuka diri pada kebhinekaan, pada multikulturalisme sehingga itu menjadi kekuatan yang saling melengkapi untuk bisa maju bersama.

Seperti Bangsa Eropa mereka menyadari pentingnya itu dengan membentuk Uni Eropa, artinya adalah Eropa yang beragam namun bersatu.

“Lebih dari kesamaan sesama bangsa, perlu juga dibingkai dalam kesadaran akan adanya persaudaraan kemanusiaan dan kita Bangsa Indonesia sudah sudah memulai ikhtiar itu sejak 1928,” imbuh Rian.

Saat ini kata Rian, Tantangan Era Digital menjadi berat karena sadar, meski smartphone mempunyai makna positif bagi orang dewasa, karena memudahkan komunikasi dan memperoleh informasi. Namun, kebanyakan orangtua, dalam beragam survei berpendapat, bahwa smartphone berdampak negatif bagi anak-anak.

Baca Juga:  Berhasil Mengelola Digital Komunikasi Publik dengan Baik, Kementerian ATR/BPN mendapat Penghargaan Top GPR Award 2024

Kebanyakan anak yang menggunakan smartphone lebih asyik bermain game daripada belajar dan bersosialisasi dengan temannya.

“Fakta tersebut menambah tantangan serius bagi lembaga pendidikan. Generasi milenial yang sibuk dengan smartphone ini selain terancam dalam proses pembelajaran, juga sangat berbahaya ketika menerima keanekaragaman di sekelilingnya,” terangnya.

Kebinekaan yang sudah melekat dalam kehidupan bisa sulit diterima, karena smartphone membuat anak kurang pergaulan dan gagap melihat kondisi sekitar,” jelasnya.

Padahal, pendidikan kebhinekaan harus dipraktikkan dalam keseharian. Kalau anak gagap melihat kebinekaan, maka sangat berbahaya melihat kondisi sebagian masyarakat yang mulai tidak ramah dengan keanekaragaman suku, budaya, ras, bahasa, dan agama yang melekat di Indonesia.

“Kebhinekaan saja akan sulit ditangkap, apalagi membuat sisi kesamaan yang menjadi perekat bangsa, akhirnya saling bully terjadi di ruang medsos, ini yang harus dihindarkan,” katanya.

Karena itulah, Rian berpesan agar anak-anak muda generasi milenial yang bersikap kritis, kreatif, analitis kolaborif dan komunikatif agar senantiasa memanfaatkan momentum membanjirnya technologi informasi ini dengan cara lebih giat belajar di luar kelas.

“Smartphone kalian tidak hanya berisi games, tetapi itu sumber ilmu, jika kalian

manfaatkannya dengan baik, maka kalian dapat mengguncang dunia,” Kata Rian.

Dia mengajak agar para guru juga memberikan keleluasaan kepada siswa untuk lebih lebih aktif, memecahkan masalah, bekerja dalam tim, saling menghormati dan menghargai, dan tentu konten utamanya adalah nilai-nilai ‘kebhinneka-tunggal ika-an” yang terkandung dalam Pancasila.

Ponsel ini bisa bermakna dua, katanya, di satu sisi menyatukan dan merawat kebhinnekaan, namun bisa menjadi jurang untuk konsolidasi penguatan sentiment

identitas yang dapat memecah belah bangsa Indonesia, karena itulah kita perlu menyalurkan segala potensi kita untuk dapat menghormati semua perbedaan sekaligus mencari titik temu kesamaan sehingga negara ini menjadi penuh kedamaian dan sejahtera.

Baca Juga:  Konferensi Kerja PWI Jawa Barat Ingatkan Dewan Pers

”Masa depan gemilangnya bangsa ini ada di pundak kalian, bersiaplah menghadapi tantangan era digital ini ” pungkasnya.**


Example 300250
Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!